Rabu, 15 Desember 2010

Silaturahmi, Perlukah Berkunjung?

Pastinya semua setuju kalau silaturahmi itu baik dan perlu untuk kita lakukan. Silaturahmi itu dapat melapangkan rezeki dan memanjangkan umur, begitu kira-kira sabda Nabi.

Di era kemajuan telekomunikasi seperti sekarang ini, sangat mudah menjalin hubungan silaturahmi. Jarak dan waktu tak menjadi soal. Setiap saat kita bisa bertegur sapa dengan kerabat dan sahabat di belahan bumi yang jauh, tanpa kita bertemu langsung dengan mereka.

Meski demikian, bersilaturahmi dengan berkunjung tetap harus diusahakan, meski hanya sesekali saja, terutama dengan kerabat dan sahabat dekat. Keakraban bisa kita jalin dengan bantuan alat telekomunikasi, namun keakraban akan jauh lebih dekat jika kita mau berkunjung ke tempat tinggal mereka.

Ketika bertandang, kita bisa mengetahui keadaan mereka yang sebenarnya. Ya kalau baik-baik saja sih alhamdulillah, tapi kalau keadaan mereka membutuhkan bantuan dan mereka enggan memintanya, kita tak akan mengetahuinya.

Saya punya cerita. Saya tulis kembali dari kisah nyata. Ada seseorang pergi ke Jakarta. Selain berkunjung ke rumah anaknya, ia ingin mencari saudara sepupunya. Sudah puluhan tahun sepupunya itu merantau dan tak pernah pulang. Mereka berdua hanya berkirim kabar melalui telepon, sesekali berkirim surat.

Saat telepon, keadaan sepupunya itu sepertinya baik-baik saja. Tapi, setelah mengetahui rumah sepupunya, ia tak kuasa menahan air matanya. Rumahnya di ujung lorong sempit sebuah kampung kumuh. Itu pun bukan rumahnya sendiri.

Sehari-hari sepupunya itu berjualan koran dari jam 5 sore sampai jam 2 dinihari. Tak jarang ia pulang setelah subuh. Karena sering menghirup udara malam dan juga polusi, ia terserang penyakit paru-paru. Tubuhnya kurus kering tanpa daging.

Pertemuan kedua saudara itu menjadi pertemuan yang mengharukan. Ia tak menyangka, keadaan sepupunya begitu mengenaskan. Jauh sekali dengan bayangannya saat berbicara lewat telepon. Mungkin sepupunya sungkan untuk menceritakan keadaan yang sebenarnya, takut dikira meminta-minta.

Dibalik kesedihannya itu ia lega, akhirnya bisa melihat keadaan sepupunya yang sebenarnya dan bisa membantu sekuat kemampuannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar